Selasa, 28 Desember 2010

Pemuas Wanita


Kalo mau dibilang edan, ya edan kali. Bodo ah! Soalnya, kamu yang pada baca tulisan ini juga pada edan. Iya kan? Kenapa aku bilang edan? Sebab aku merupakan salah seorang guru di sebuah sekolah swasta di bilangan Jakarta, dan aku mengajar salah satu pelajaran eksak di tingkat SLTP. Itulah perkenalanku, dan kisah yang akan aku ceritakan ini adalah kisah nyata. Begini ceritanya.

Kata murid-muridku aku mengajar enak sekali, sehingga apa yang ku sampaikan mereka memahaminya, oleh karena itu banyak murid-muridku yang ngefan terhadapku. Salah seorang yang ngefan banget padaku namanya Merry, luar biasa anak ini. Inginnya selalu saja ingin dekat denganku, ada saja alasannya untuk bisa berkomunikasi denganku. Sebagai seorang guru aku selalu berusaha menghindar darinya.

Suatu saat, akau tak dapat lagi menghindar dari Merry, karena waktu itu aku mendapat tugas dari sekolah untuk mengajar bimbel bagi siswa/i kelas tiga. Aku selalu mengoreksi hasil post tes pada hari itu juga sebab jika aku mengoreksi di rumah pasti saja terganggu oleh anak-anakku. Ketika aku sedang asyik mengoreksi seorang diri di ruang guru, aku dikejutkan oleh kedatangan seorang murid wanitaku, Kiki namanya.
"Belum selesai Pak ngoreksinya?"
"Eh Kiki, kamu koq belum pulang?" kataku.
"Mendung Pak saya takut kehujanan di jalan, dan juga nemenin Merry, katanya ada perlu sama Bapak".
"O, ya! Mana Merrynya?".
"Itu Pak, sahut Kiki"

Kemudian aku persilakan masuk mereka berdua keruang guru yang sepi itu, karena hujanpun turun dengan lebatnya. Kami ngobrol-ngobrol bertiga, posisi duduk Merry disebelah kananku sedang Kiki didepanku.
Setelah cukup lama kami berbincang-bincang, Merry mengatakan, "Pak boleh engga saya lihat nilai saya?" seraya mendekat padaku dengan cepat.
Aku katakan, "Ee jangan", sambil aku ambil buku nilai di depanku dan ku angkat ke atas, tak disangka tak diduga Merry berusaha mengambil buku nilai itu sebisanya hingga badannya menempel ke badanku oh.. oh, aku merasakan harum tubuhnya dan kenyalnya payudara Merry yang baru tumbuh itu, wow dalam sekejap si iblis melupakanku bahwa aku seorang guru, aku mulai cari akal agar dapat dengan bebas melayani nafsu si Merry. Bagai pucuk dicinta ulam tiba. Tiba-tiba Kiki pamit keluar ruangan, karena mungkin sudah berhasil tugasnya mengantarkan Merry bertemu denganku.

Tinggallah kami berdua dalam ruang guru, Merry yang sedari tadi dekat denganku itu makin mendekat, tanpa kusadari penisku tegak tak terkendali. Di satu kesempatan kupeluklah Merry, dari belakang dan kukecup lehernya serta kuremas payudaranya yang baru tumbuh itu, dia menggelinjang kenikmatan, tak lama setelah itu terdengar langkah sepatu Kiki mendekat, kami pun saling melepas peluk dan menjauh, sambil kukatakan "Nanti aku telepon kamu". Merry hanya mengangguk.

Malam harinya sekitar pukul 20.00 aku telepon Merry, kami berbincang-bincang, yang berakhir dengan ku tembaknya Merry, dan ternyata itulah yang diharapkannya. Giillaa, Merry mendambakanku sebagai kekasihnya. Aku coba mengajaknya jalan pada hari minggu, karena kebetulan hari minggu itu aku mendapat tugas mencari villa disekitar puncak untuk acara organisasi sekolahku, dia pun menyetujuinya.

Sesuai janji minggu pagi-pagi sekali aku sudah berangkat, untuk bertemu Merry disetasiun yang telah ditentukan. Kami berangkat menggunakan KA Jabotabek, ternyata Merry begitu romantis sekali sepanjang perjalanan aku dipegangi, dan jika ada kesempatan ia memelukku, aduh! aku benar-benar tidak membayangkan sebelumnya punya pacar gelap seorang ABG cantik nan sensual (Seperti Nafa Urbach). Akhirnya sampailah kami ketempat yang dituju, setelah aku membooking villa yang kumaksud maka kami pun berniat pulang.
Namun kata Merry, "Pak aku capek nih, istirahat dulu dong."
"Wah dimana Mer?"
"Itu ada hotel" seraya menunjukan tangannya ke seberang jalan tempat kami berada.
Aku menjawab secepatnya, "OK, deh."

Di dalam kamar hotel, aku sangat kikuk, tapi aku pikir ah masa kalah sama anak yang bedanya 20 tahun lebih muda dariku, aku berusah menenangkan diri, kemudian bersih-bersih badan. Merry pun begitu. Setelah itu kami ngobrol diatas tempat tidur sambil menonton televisi, seraya mulai tatap menatap, yang kemudian saling mendekat, saling membelai dan akhirnya ku kecup kening mary, selanjutnya kulumat bibirnya yang sensual itu dia pun membalasnya, ketika kurujak bibirnya tanganku bergrilya masuk kedalam kaosnya kucari puting susunya yang kecil itu kupilin perlahan-lahan teranya olehku badannya merinding sambil melenguh-lenguh suaranya.

Akhirnya kubuka kaosnya serta branya yang baru bernomor 34, begitu kubuka wow, pemandangan yang sangat indah, payudara kecil nan menantang dipuncaknya berwarna coklat muda dengan puting yang kecil, segera saja aku kulum puting kecil itu, rasanya akan kutelan saja payudaranya, dia menggelinjang-gelinjang kenikmatan, sejurus kemudian kubuka juga rok nya, mulai aku bergrilya kedaerah yang jauh dibawah sana, kuterobos celana dalamnya kuusap-usap bukit venusnya dengan rambut-rambut halus yang menambah betah tanganku disana. beberapa saat kemudian kucoba menguak labium mayoranya, ternyata sudah basah, kucari clitorisnya setelah ketemu kusap-usap perlahan sekali. Erangan-erangan yang tadinya halus mulai terdengar liar menambah semangat jari-jariku menari disela-sela lembah kenikmatan.
"Bapak curang, buka juga dong bajunya." katanya memecah konsentrasi.
"OK, OK ." Kataku dengan semangat sambil membuka kaos dan celana panjangku.
Kami berpelukan erat sekali, berciuman, berguling kekanan dan kekiri luar biasa. Akhirnya aku tidak tahan lagi, kutawarkanlah padanya untuk coitus.
"Mer, kita senggama ya!"
"Jangan Pak!" katanya.
"Kamu engga mau? Enak lho Mer", rayuku sambil meraba-raba kemaluannya.

Cumbu rayu, isap menghisap, raba-meraba terus kami lakukan, yang jelas sebenarnya aku sudah nggak tahan tapi aku menahan diri. Sampailah akhirnya pada puncak cumbu rayu, ku arahkan kepalaku ke kemaluannya. Kubuka celana dalamku dan kubuka juga celana dalamnya ternyata Merry diam saja setelah itu kuisap-isap clitorisnya entah berapa kali dia orgasme, yang jelas perawan itu kenikmatan beberapa saat kemudian kuarahkan batang penisku pada liang vaginanya, ketika sudah pada sasarana yang tepat kutekan perlahan sekali, kemudian kudiamkan, vagina yang sudah basah itu seperti menarik batang kenikmatanku perlahan-lahan. Woow batangku masuk perlahan. Panas, licin dan terasa ada cengkraman yang kuat sekali didalam sana, aku terpejam nikmat, setelah Merry beradaptasi dengan batangku yang berada didalam baru kugerakan penisku perlahan-lahan, lagi-lagi ia mengerang hebat seraya memelukku erat sekali.
"Terus Pak, terus, teruus. eehh, eehh.. oo.. hh."
Rupanya ia orgasme kembali. Kuakui nikmat sekali bersenggama dengan Merry, akhirnya akupun ingin keluar hingga kucabut batangku dari liang surga kumuntahkan spermaku diluar agar tidak hamil. Setelah puas kami pulang ke Jakarta dengan keadaan yang berbeda. Aku merasa lebih memiliki Merry dan Merry pun demikian.

Sejak kejadian itu kami jadi kecanduan melakukannya, pernah suatu saat rupanya Merry ingin melepas "hajat"-nya, maka janjianlah kita untuk jalan setelah Merry pulang sekolah (saat itu ia telah SMU) akhirnya kami nonton di bioskop kelas kambing dengan film mesum pada jam pertunjukan siang, agar jarang yang nonton karena memang niatnya adalah senggama, kami pilih tempat duduk di belakang, begitu pertunjukan mulai mulai juga kami lakukan Foreplay kira-kira tiga puluh menit kemudian aku gelar jaketku dibawah kursi Merry, aku pindah duduk dibawah persis menghadap kemaluan Merry, kuisap klitorisnya sampai ia puas, setelah itu aku melakukan coitus dalam keadaan Merry duduk dan aku berdiri, nikmatnya luar biasa.

Disaat lain aku lakukan dirumah orangtuaku kebetulan kedua orang tua ku pulang kampung dan aku disuruh menunggui rumah orangtuaku itu. sebelumnya kusiapkan VCD porno sebanyak 4 CD. Rumah orangtaku yang luas itu hanya kami berdua yang menghuninya. Aku lakukan hubungan badan sepuas-puasnya, dengan Merry sayangku.

Pernah juga aku melakukan hubungan intim di berbagai hotel melati di Jakarta dan Bogor, semuanya kami lakukan dengan suka sama suka selama tiga tahun total hubungan yang kami lakukan krang lebih enam puluh kali. Akhirnya kami menyadari bahwa hal ini harus berakhir, karena saya sudah punya istri dengan empat orang anak, sedangkan Merry harus meniti karir sebagai seorang sarjana teknik, sampai saat ini hubungan kami tidak ada yang mengetahui dan kabarnya Merry sudah mempunyai calon suami.

Aku sendiri saat ini sudah tidak menjadi guru, saat ini aku berwiraswasta. Pengalamanku bersama Merry membuat aku menjadi pecandu coitus, jika aku hubungan badan kadang-kadang aku heran sendiri karena "penisku kaga ade matinye" karena sekarang aku jadi pecandu, sedangkan aku ngga ingin ngeluarin uang maka aku kini nyambi sebagai cowok panggilan, aku jadi cowok panggilan karena yang panggil aku biasanya yang buas-buas alias hiper sex, nah aku suka itu.

Pernah aku dipanggil oleh seorang ibu muda beranak satu, setelah dia bertemu denganku rupanya dia meragukan kemampuanku karena usiaku yang sudah tigapuluh sembilan tahun, akhirnya aku kasih dia garansi jika aku keluar duluan aku yang menservice dia tapi nyatanya ibu muda itu ketagihan terhadapku. Aku dalam hubungan tidak mencari uang tapi yang ku cari happy aja, happy yang gratis, begitulah kira-kira.

Minggu depan aku sudah diwanti-wanti untuk siap-siap menservice seorang wanita setengah baya (46 tahun) istri seorang pejabat di Kalimantan yang akan ke Jakarta, Ibu ini walau umurnya sudah cukup tapi masih sangat enerjik, badannya sintal, payudaranya padat, tatapannya penuh dengan kemesuman. Beberapa hari yang lalu HP ku bunyi.
Ternyata Tante S yang telepon, katanya, "Anton, minggu depan Tante mau ke Jakarta kamu harus puasin Tante, seperti yang lalu ya".
Aku jawab saja, "OK, Tante!"

Sabtu, 25 Desember 2010

Sebuah Kisah Klasik Untuk Masa Depan


Jabat tanganku, mungkin untuk yang terakhir kali
Kita berbincang tentang memori di masa itu
Peluk tubuhku usapkan juga air mataku
Kita terharu seakan tidak bertemu lagi

Bersenang-senanglah
Kar'na hari ini yang 'kan kita rindukan
Di hari nanti sebuah kisah klasik untuk masa depan
Bersenang-senanglah
Kar'na waktu ini yang 'kan kita banggakan di hari tua

Reff:
Sampai jumpa kawanku
S'moga kita selalu
Menjadi sebuah kisah klasik untuk masa depan
Sampai jumpa kawanku
S'moga kita selalu
Menjadi sebuah kisah klasik untuk masa depan

Bersenang-senanglah
Kar'na hari ini yang 'kan kita rindukan
Di hari nanti...

Ke: Reff

Mungkin diriku masih ingin bersama kalian
Mungkin jiwaku masih haus sanjungan kalian

Rabu, 22 Desember 2010

Ada hujan di balik awan hitam


awan beriringan di ujung mata
cahaya merangkak pergi entah kemana
mentari pun tak menampakkan senyumnya
entah benci keberadaanku
atau pada tingkah polahku yang tak menentu

aku diam
awan hitam berjajar berdatangan
suara gemuruh mulai terdengar dari kejauhan
sesekali kilat menyambar bersautan

aku lihat
titik-titik air langit mulai berjatuhan
ribuan...mungkin jutaan.
dan senyumku mulai melebar

aku suka
aku selalu suka hujan
suka caranya menyapa tiap jengkal tanah dan helai daun
suka caranya menyentuh tiap helai rambut dan pori kulitku
suka caranya bernyanyi melodi rintikan hati

aku suka
aku selalu suka pelangi
suka senyum indahnya
suka persahabatan warnanya
suka pesonanya yang memanjakan tiap mata

aku mengerti
ada kekuatan di balik mendung kelam
ada harapan di balik kegelapan
ada hujan di balik awan hitam
ada pelangi di balik gerimis dan mentari

Rabu, 08 Desember 2010

I Love You, Mom!


Ketika melihat tivi, ada selingan iklan. Muncul balita sebagai model salah satu produk susu bayi, bilang ‘I love you, Mom!’ Ihh…gemes banget. Pernah nggak sih kamu bilang ke ortumu kayak gitu? Hmm.. jangan-jangan tiap hari malah berantem mulu, kali ye. Uppss, kamu bukan tipe anak durhaka kan? Semoga.
Banyak banget kejadian di sekeliling kita yang memberi contoh jelek, terutama perlakuan terhadap ortu. Dan yang paling parah adalah perlakuan buruk terhadap sosok ibu. Mulai berani membangkang terhadap perintahnya, membentak, hingga memukul ibu secara fisik. Hanya karena uang saku kurang, seorang anak bisa tega membentak, memarahi, bahkan memukul ibunya. Durhaka betul nih bocah. Belum lagi hanya karena ibunya berpendidikan lebih rendah dari dirinya, anaknya jadi malu mempunyai ibu yang bodoh. Naudzubillahi min dzalik.
Maraknya program tivi semisal Derap Hukum, Fakta, Brutal, Buser, Sergap dan tayangan sejenis lainnya, banyak sekali mengisahkan kejadian tragis seorang anak yang tega membunuh ortu kandungnya sendiri. Belum lagi bila kita perhatikan sekeliling kita, penuh dengan kejadian seperti itu di depan mata. Kenapa sih bisa muncul hal-hal yang tidak wajar seperti ini? Bukankah ortu adalah orang pertama yang harus kita hormati setelah Allah Ta’ala dan Rasul-Nya?
Salah asuh
Eits…ini bukan judul roman yang ditulis oleh Marah Rusli itu lho. Salah asuh adalah pola didik salah yang diterapkan orangtua kepada anak. Ada atau bahkan banyak orangtua yang ketika menikah, belum siap menjadi orangtua. Menjadi seseorang yang kelak akan dipanggil ibu, mama, ummi, bunda atau sebutan apa pun bagi seseorang yang telah melahirkan kita. Begitu juga dengan sebutan bapak, ayah, papa, abi atau apapun sebutannya bagi seseorang yang ikut andil dalam keberadaan kita di dunia ini. Istilahnya sih semacam ‘urunan’ kalo kata orang Jawa dan saweran kalo kata orang Sunda tentang keberadaan ayah ini hehe. Mereka tak tahu bagaimana mendidik anak dengan baik dan benar. Pernikahan bagi mereka hanya dianggap satu fase yang harus dilalui oleh manusia tanpa pernah berpikir serius tentang cara mendidik anak-anaknya.
Ketika anak nakal, dibiarkan saja. Ketika anak membangkang dan berani membentak ortu, dibilangnya masih kecil, entar juga bakal tahu sendiri. Padahal anak, tanpa dididik bahwa ini benar dan ini salah, dia akan menganggap bahwa apa yang dilakukannya adalah selalu benar. Jadilah ketika anak beranjak remaja, orangtua merasa kecolongan ketika anaknya menjadi sosok yang suka membantah dan tidak sopan terhadap orangtua.
Belum lagi faktor lingkungan. Seorang anak yang semula dididik dengan baik oleh ortunya di rumah, tapi ketika bergaul dengan temannya yang suka melawan ortunya, ia sangat mungkin untuk terpengaruh. Karena apa? Karena seringkali apa yang mereka dapat dari pergaulan lebih membekas daripada pendidikan dalam rumah. Jadilah anak meniru perilaku teman yang salah asuh tadi. Gawat kan?
Hal ini diperparah dengan tayangan-tayangan yang tidak mendidik, baik di sinetron atau pun program televisi yang lain. Anak berani sama ortu, mulai membentak hingga memukul seakan-akan menjadi hal yang lumrah dan biasa. Negara, yang seharusnya tanggap terhadap masalah ini, malah bungkam seribu bahasa. Ijin-ijin untuk tayangan merusak ini terus saja dikeluarkan tanpa mau peduli dengan masa depan generasi muda bangsa ini. Ciloko!
Sobat muda muslim, apapun adanya dirimu, tak ada alasan untuk berani dan bertingkah laku tidak sopan terhadap orangtua. Bagaimana pun mereka adalah orang yang ‘mengadakan’ kita di dunia, membesarkan, mendidik, dan menyayangi serta mengasuh kita. Tidak seharusnya kita hanya bisa menyalahkan ortu. Kita harus bisa mengingatkan mereka bila salah, dan mematuhinya bila diajak kepada kebenaran.
Kalo kamu adalah salah satu dari mereka yang memang salah asuh, jangan hanya bisa nyalahin ortu. Interospeksi diri. Karena kita punya akal untuk tahu mana yang benar dan salah. Berani sama ortu jelas bukan tindakan yang bisa dibenarkan. Kalo memang kondisinya seperti itu, segera nyadar dan bertaubat. Meski ortu cuma lulusan SD, tanpa mereka kamu nggak bakal ada. Meski ortu bikin kamu nggak pede, bukan alasan untuk bertindak semau gue. Ortu tetap sosok yang patut mendapat cinta dan hormat kita, tak peduli apa latar belakang dan pendidikannya. Selama mereka berdua mengajak kebenaran, why not? Bahkan ketika mereka mengajak kepada kemungkaran pun kita tidak boleh berlaku kasar padanya. Cukuplah mengingatkan dengan cara yang ma’ruf, yaitu baik dan sopan. Mau kan? Kudu banget dong ya. Biar ahsan.
Mau rukun sama ortu?
Banyak cara agar bisa akur dan rukun sama ortu. Misalnya, mulai kenali dulu kebiasaan-kebiasaan beliau berdua, ambil simpatinya. Nggak ada salahnya juga jika kamu ambilin ayahmu minum sepulang lelah bekerja atau bahkan mijitin pundaknya. Kepada bunda yang sudah melahirkan kamu bisa memberi kejutan tiba-tiba dengan ngasih kado meski sederhana. Dijamin deh, mereka berdua bakal makin sayang sama kamu. Mereka yang semula agak keberatan kamu pake jilbab jadi luluh hatinya. Yang semula khawatir anaknya ikut kelompok pengajian karena isu teroris jadi makin getol malah berbalik nyuruh anaknya ngaji karena sudah tahu hasilnya. Ortu mana yang nggak makin sayang sama anaknya kalo ngaji itu ternyata membawa perubahan positif pada diri anaknya dan keluarga.
Hal lain yang bisa kamu lakukan dengan ortu adalah komunikasi. Tanpa diminta, tak ada salahnya kok kamu menceritakan tentang teman-teman kamu di sekolah atau di pengajian. Terutama nih yang bisa dijadikan teladan sama kamu dan ortumu. Misal, si Anto yang prestasinya bagus banget padahal doi aktif di rohis. Trus bagi cewek juga gitu. Tuh si Sari yang meski pake kerudung dan jilbab tapi bahasa Inggris-nya ngejos. Belum lagi prestasinya di lomba karya ilmiah remaja, jadi pemimpin OSIS lagi. Tapi ngaji dan dakwahnya juga pol. Wuih, keren kan?
Eh, tapi bagi cowok, sebaiknya contoh-contoh yang kamu berikan juga tentang temen cowok dong. Begitu juga dengan cewek, lebih baik cerita prestasi yang udah dicapai temen cewekmu. Bukan apa-apa sih, khawatirnya kalo kamu banyak cerita tentang lawan jenismu, entar ortumu malah bingung ngira kalo kamu lagi naksir dan pingin pacaran hehe. Berabe dong kalo gini. Tapi it’s okay sih kalo kamu bisa menyampaikannya dengan proporsional, juga nggak masalah kok. Bahkan bisa sekalian jelaskan ke ortu gimana Islam menyikapi tentang pacaran. Asyik kan, sekali rengkuh dayung, dua-tiga hari capeknya masih kerasa, eh, maksudnya dua or tiga pulau terlampaui.
Begitu juga dengan kamu, para cewek yang kemungkinan bakal perang dingin sama ortu karena keputusanmu untuk memakai jilbab dan kerudung. Saya juga dulu pernah ngerasain yang seperti itu. Didiamkan ortu dan diboikot seluruh keluarga karena memutuskan menutup aurat di saat usia sekolah. Meski sedih, tapi nggak boleh dong jadi benci or berani sama ortu hanya karena berbeda pendapat tentang sesuatu. Tenang aja lagi.
Malah moment ini sebetulnya jadi ajang kita untuk berdakwah dan menjelaskan pada mereka bahwa Islam itu indah. Tetap sapa ortu dan keluarga kita. Tetap hormati dan patuhi selama tidak bertentangan dengan aturan Allah. Bahkan tunjukin bahwa pemahaman Islam yang akhirnya mengantarkan kita berjilbab, seharusnya bisa membuat kita makin cinta sama ortu. Betul?
Kamu yang dulunya tiap pergi dan pulang ke rumah nggak pernah mengucap salam, eh… sekarang jadi sopan dengan selalu mengucap salam. Lebih bagus lagi kalo kamu mencium tangan ibu bapakmu sebelum berangkat sekolah. Canggung? So, pasti. Karena semua itu memang berawal dari kebiasaan. Saya dulu juga gitu kok. Tapi yakin deh, lama-lama ortu jadi terharu dan bakal makin sayang sama kita. Apalagi ada bonus tambahan pake cipika-cipiki sama ortu di moment tertentu. Lebaran misalnya. Ditanggung bakal basah mata ortumu karena terharu.
Wah… malu dong kalo cowok cipika-cipiki sama ortu. Kata siapa? Itu kan masalah kebiasaan saja. Pernah lihat di tivi nggak, orang bule yang bukan muslim mencium pipi mamanya? Kalo mereka bisa menunjukkan sikap sayang ke mamanya sedemikian rupa, kenapa kita nggak? Kakak cowok saya aja, semakin doi belajar Islam semakin sering mencium pipi ibu. Saya aja yang anak cewek nggak sebegitunya, jadi ngiri hehe…
Kenapa sih harus baik sama ortu?
Selain memang perintah Islam untuk selalu berbuat baik pada orang tua kita, nggak ada jeleknya sama sekali kok kamu baik dan menunjukan perhatian ke ortu kamu. Bahkan banyak untungnya daripada mudharatnya. Meski bukan karena untung ini kamu melakukan kebaikan sama ortu. Paham kan maksudnya?
Jangan kayak Madonna yang hubungan dengan mamanya aja nggak harmonis. Di salah satu wawancara tivi, doi menyalahkan mamanya yang telah membuatnya menjadi remaja tak bahagia sebelum akhirnya tenar seperti sekarang. Atau seperti artis ibukota yang tak mau mengakui ayah kandungnya karena dianggapnya telah menyakiti hati ibunya dan juga dirinya sendiri. Atau seperti tetangga saya yang merasa ibunya salah asuh dan mendidik dirinya dengan tidak benar, hingga tega mau menukar tambah dengan orang lain. Duile emangnya panci bisa ditukar tambah, Non?
Sobat muda muslim, jangan sampai kita menjadi seseorang seperti contoh yang di atas itu. Apapun yang dilakukan oleh kedua orang tua kita, mereka tetap layak mendapat penghormatan dan kasih sayang dari kita, anak-anaknya. Bahkan, kewajiban kitalah untuk menasihati dengan cara lemah lembut dan sopan bila mereka tidak tahu tentang hukum-hukum Allah. Ketika kita dilarang pake jilbab, nggak boleh ngaji, itu semua bukan karena ortu nggak sayang kita lagi. Tapi murni karena faktor ketidakpahaman dan salah persepsi tentang jilbab dan anak ngaji.
Bukan salah ortu kita 100% karena di sini peran lingkungana dan negara juga turut andil dalam persepsi yang dipunya masyarakatnya. Ledakan bom yang terjadi selalu dikaitkan dengan aktivis jamaah Islam. Jilbab seringkali diidentikkan dengan busana Arab dan sesuatu yang kuno dan tidak modis. Tulalit kan?
Jadi sekali lagi, jangan menyerah dalam memahamkan ortu ya. Saya aja dulu butuh waktu tahunan untuk membuat ortu dan keluarga bisa menerima bahwa jilbab dan aktivitas ngaji tidak menghalangi kita untuk berprestasi. Sebaliknya, pemahaman Islam yang benar akan membuat kita semakin sayang dan menghormati ortu. Jadilah, mereka tidak keberatan lagi dan bahkan menjadi pendukung utama aktivitas ngaji dan dakwah kita. Tidak berhenti di situ saja, mereka juga mulai memahami Islam dengan lebih baik dan mengamalkannya. Lebih asyik lagi ketika mereka juga turut andil dalam mendakwahkan Islam ke keluarga besar dan lingkungan sekitar rumah. Wihhh…senang nggak sih?
Itu semua nggak bakal kita dapat bila kita cuek terhadap ortu. Mereka pun akan sangat sedih bila anaknya menjaga jarak. Coba tanya kalo nggak percaya ke ortu kamu masing-masing di rumah. Mereka ingin memahami dunia anak-anaknya yang memang sudah berbeda banget dengan jaman mereka waktu masih remaja dulu. Nah, tugas kamulah untuk menjembatani dunia mereka dengan duniamu. So, mulai saat ini, detik ini, tekadkan dengan kuat di dalam hatimu untuk selalu menyayangi ortu dan membahagiakannya. Karena apa? Karena memang Islam menyuruh kita demikian. Miliki motto bagus untuk ortumu; “Anak ngaji, kudu peduli karena Islam menyuruh kita berbakti”. Ayo buktikan!

Novel “Bintang Anak Tuhan”

Sebuah nukilan wajah Human Agony
Prof. Dr. E. Hayatullah Al Rasyid
http://oase.kompas.com/

Benar, tak banyak potret realitas keterisoliran suatu komunitas ‘sakit’ dan nyaris benar-benar tersingkir dan disingkirkan nilai-nilai kemanusiaannya. Jika pun ada justru malah melahirkan semacam disintegritas sosial yang sangat tajam, termasuk ‘cap busuk’, pelcuran dan pergaulan bebas – kemudian berujung pada sikap jijik dan momok moral serta kesehatan.
Entah sadar atau tidak, entah hanya bersandar pada gencarnya isu dan informasi sekilas atau hanya bersandar pada pengetahuan yang didapat dari ‘kebenaran katanya’, sehingga sebagian besar masyarakat menganggap atau meyakini, bahwa HIV AID, penyakit paling iblis ini bermula dari hubungan seks bebas. Padahal untuk kasus moral atau susila ini sama sekali bukan barang baru di dunia seks. Dari jaman ke jaman, bahkan pada jaman nabi pun, pergaulan seks bebas (sodomi), sex abuse dan sejenisnya sudah begitu purba. Pertanyaannya, kenapa HIV AID baru muncul pada paruh akhir abad 21?
Petaka Ethiopia
Lebih dari satu windu negeri gurun di Afrika ini embun pun nyaris tak turun – apalagi hujan. Kelaparan bagai gemuruh suara burung gagak yang menyuarakan kematian dan kelaparan. Dari sini sesungguhnya virus yang menghancurkan system kekebalan tubuh itu berasal. Dari hancurnya seluruh system biologi yang awalnya bermuara dari wabah hypocalemi alias wabah kelaparan – lantas virus iblis yang bernama HIV itu lahir dan migrasi ke seluruh dunia. Jadi, sesungguhnya virus yang lebih dekat dengan fenomena sampah seks ini bukan dari hubungan seks bebas itu sendiri. Penularannya memang lebih mengarah ke hubungan seks. Ciuman saling nelan ludah atau gigitan sampai berdarah, benar, virus momok itu menular.
Jika pengetahuan atau informasi lahirnya virus dan bukan system penularannya disampaikan secara benar, mungkin menganiayaan kemanusiaan terhadap penderita HIV tidak seganas dan semengerikan seperti yang kini terjadi, khususnya di negeri ini. Jika mau berbanding terbalik dengan keganasan penyakit yang juga sebenaranya sangat mematikan, hepatitis sebuah misal, justru virus yang menyerang hati ini jauh lebih mudah menular kepada orang lain. Tempat duduk penderita hepatitis saja bisa menginfeksi tubuh orang lain. Ini sebuah realita yang harus dicerdasi oleh siapa pun.
Saya jadi ingat sekian tahun sebelum masehi, ada suatu penyakit yang dianggap sebagai setan. Penderitanya dikucilkan bahkan bisa dianiaya beramai-ramai dan tidak dianggap sebagai manusia lagi, di samping sebagai suatu kutukan, yakni penyakit lepra. Untuk jenis penyakit ini selain tubuh penderitanya rusak, tulang-tulangnya bisa lepas, namun juga bersandar pada nilai-nilai mitos.
Bercakap-cakap Secara Langsung
Membaca Bintang Anak Tuhan, sesungguhnya novel ini tidak sedang berkisah tentang tokoh-tokoh yang ada di dalamnya. Bu Nur (pekerja kemanusiaan pada panti asuhan) Hanum (tokoh sentral), Bintang (anak Hanum), dokter Luhur, semua seperti sedang berbincang dengan pembaca. Ini salah satu pembeda dari novel sebelumnya. Meski naratif, tanpa sadar secara emosi (bukan empati), keterlibatan emosi itu cukup tandas, sehingga novel ini nyaris tidak memberi jarak antara pembaca dan penulisnya. Bahasa rasa dan batin seorang anak dan ibu, bahasa seorang perempuan dalam berbagai problematika keluarga dan kemanusiaan (fitrah) perempuan (bukan hanya bertumpu pada penyakit yang mematikan, HIV), namun lebih kepada perasaan dan sikap hidup secara general, umum, bahkan universal, ketika wanita harus dihadapkan pada jalau macet total, stagnasi, dalam memahami makna hidup dan kehidupan dan sejumlah masalah yang menggerus jiwa.
Hidup terasa terasing pada diri sendiri. Menjadi pengemis kasih sayang dan perhatian atau sedikit pengertian atas sebuah nilai harga diri kemanusiaan itu sendiri. Sesekali penulis coba menggali dan memadankan suatu peristiwa batin, termasuk daya yang hendak dipacu, menyemangati diri tanpa sesiapa, ia mengutip stigma-stigma bijak dari tokoh2 dunia, baik sosial, psikologi, politik serta napak tilas perjuangan para penderita HIV AID. Pengayaan pengetahuan yang referensip inilah yang makin mampu membangun suspensi pembaca (dengan tanpa merasa dipaksa untuk ikut terlibat dalam arus dinamika non mellow total).
Pergolakan seorang anak yang ingin mengatahui wajah kedua orang tuanya, adakah bisa kita bayangkan, bagaimana seorsang buta yang ingin mengetahui wajah sendiri saja tak mampu ketika mau meraba wujud wajah dengan meraba – sedang si buta tak memiliki kedua tangan? Ruang kepedihan yang tak mampu diungkai dengan kalimat inilah – Kirana coba memberikan nuansa-nuansa prasa dan metafora dan diksi yang nyaris banjir di novelnya kali ini. Novel yang prosais dan puitikal ini memang bukan hal yang baru. Pun demikian, pergolakan demi pergolakan Kirana dalam memahami perjalanannya sendiri – ia telah mampu mengemas sejuimlah pertikaian batin kewanitaannya dan sekaligus seorang ibu dari anak-anaknya, dari sana kejujuran analisa termikal kehidupan tumpah ruah atau bahkan ditumpahkan seluruhnya.
Bukan Hanya Sekadar HIV
HIV AID memang mulai sunyi dalam bincang, bahkan nyaris tak tersentuh lagi oleh media apa saja. Petaka kemanusiaan ini telah tertalan oleh riuh politik dan korupsi. Novel Bintang Anak Tuhan ini sedikitnya telah mampui menggugah kesadaran, bagaimana sesungguhnya martabat seorang penderita HIV dalam menyelesaikan sisa hidupnya yang suatu saat akan merenggutnya? Sebut saja, penderita HIV adalah hakikatnya sudah mati sebelum ajal..
Di sisi lain, menyimak novel ini, sesungguhnya tidak hanya menyoal penderita HIV, namun menuturkan perjuangan wanita, perasaan wanita, integritas moral sosial,m kepedulian dan kesadaran normative kebersamaan tanpa menyaksikan bentuk dan wujud keberadaannya.
Novel ini cukup menarik untuk dibaca oleh siapa saja – juga tak membatasi usia pembacanya.
(Prof. DR. E. Hayatullah al Rasyid)
Tangerang, 26 November 2010

Minggu, 05 Desember 2010

Hujan Lagiiiii




Tipe-X - Hujan

Biarkan hujan basahi bumi
Basahi semua mimpi yang pernah mati
Biarkan berkembang, tumbuh, dan bersemi
Semua bunga-bunga negeriku ini

Dinginnya hujan sadarkan kita
Terlalu kita tlah terpenjara
Diam tak berdaya terbakar mentari
Hingga tak sanggup teriakkan kata hati

Derasnya hujan dendangkan harapan
Hadirkan indahnya satu perubahan
Karna negeriku, kau tetap negeriku
Kan kujaga slalu agar aku tak jemu

Reff:
Sudah saatnya bangun dari semua mimpi-mimpi
Sudah saatnya berdiri di kaki sendiri
Sudah saatnya tuk coba mulai perbaiki
Jangan tumpuk keinginan dan simpan di hati
(2x)

Reff2:
Harusnya sadar hujan pun pasti akan berhenti
Harusnya sadar masa sulit pun pasti berakhir
Jangan biarkan mentari terus membakar hati
Jangan padamkan semangat di jiwa ini
Biarkan hujan basahi bumi
Biarkan negeri tercintaku bernyanyi

Sabtu, 04 Desember 2010

Maunya Satu Aja dapet 2.

Badan Adi terasa pegal-pegal pagi itu, setelah kemarin malam tiba di rumah bibinya di
Tasikmalaya. Perjalanan dari Jakarta dengan bis selama lebih dari
lima jam membuatnya lelah. Karenanya pagi itu bibinya menyuruhnya untuk dipijat guna
melemaskan otot-ototnya.
Semula Adi menolak karena dia tidak terbiasa dipijat. Tetapi setelah dia tahu yang akan
memijatnya adalah Dedeh, perempuan yang setiap pagi membantu bibinya sehari-hari dan
menyiapkan segala keperluan sebelum kepasar untuk berjualan, akhirnya Adi berminat juga.
Sebagai anak SMA, pikiran-pikiran kotor tentang dipijiti perempuan melintas dibenaknya,
siapa tahu dapat bonus setelah dipijat.
Sebelumnya Adi telah melihat Dedeh pagi itu ketika mempersiapkan keperluan bibinya yang
akan berjualan di pasar. Dedeh perempuan berusia dua puluhan tahun, berwajah sangat lumayan
dengan kulitnya yang kuning langsat dan tubuhnya yang padat berisi, terlihat dibalik
kebaya yang dipakainya. Cerita sex pesta sex terbaru hanya ada di sexceritadewasa.com.

Dedeh bukanlah pembantu, tugas utamanya hanya menemani sambil
menunggui rumah ketika bibinya yang janda berdagang dipasar. Ia masih kerabat jauh dari
bibinya, sedangkan suaminya sedang bekerja di Arab Saudi.
Kini sambil tengkurap dilantai beralaskan kasur tipis dengan hanya mengenakan kaus singlet
dan kain sarung, Adi sedang menikmati pijatan Dedeh. Jemari tangan perempuan mulai memijati
betisnya yang kaku. Pijatannya lembut tapi cukup bertenaga.
“Pijatan kamu enak, belajar dimana ?” tanya Adi membuka pembicaraan
“Ah, tidak belajar dari mana-mana, bisa sendiri” jawab Dedeh dengan logat Sunda yang kental.
“Oh begitu” kata Adi sambil terus merasakan pijatan
“Sudah lama ikut Bi Karta?” tanyanya lagi
“Sudah sekitar tujuh bulan” jawab Dedeh “sejak Kang Sudin suami saya kerja ke Arab Saudi”
” Sudah lama juga ya” timpal Adi ” Kang Sudin suka pulang ?”
“Belum pernah, habis dikontraknya satu tahun sih. Jadi satu tahun baru boleh pulang” jelas
Dedeh.
“Waduh lama juga ya. Apa ngga kesepian ?” tanya Adi memancing
“Yah, gimana lagi. Namanya juga cari rejeki” jawab Dedeh yang jemarinya mulai memijati paha
Adi.
Dipijatinya paha itu mulai dari belakang lutut terus keatas menyusup kebalik kain sarung
yang dipakai Adi. Dedeh agak jengah ketika tangannya menyusup hingga pinggul Adi dan
menyadari pemuda itu tidak pakai celana dalam. Mukanya agak memerah tetapi tetap diteruskan
pijatannya.
Bahkan sambil merenggangkan kedua paha Adi, tangannya menyusuri pijatan hingga mendekati
pangkal paha. Dan karena licin oleh minyak, jemarinya nyelonong hingga menyentuh biji peler
Adi.
“Aduh jangan disodok dong !” seru Adi pura-pura kaget.
“Aduh maaf, licin sih” ucapnya menahan malu. “Habis
aden tidak pakai celana sih”
“Eh maaf, saya pikir biar semuanya kepijat” jawab Adi nakal.
Akhirnya setelah bagian paha Dedeh pindah kebagian pinggang dan Adi membuka kaus singletnya
ketika pijatan itu terus kepunggung dan pundaknya.
Pijatan Dedeh memang terasa enak buat Adi atau karena yang memijatnya perempuan. Tapi yang
terang selusuran jemari berminyak disekujur badannya telah membuat Adi merem-melek
bersensasi, hingga tanpa sadar secara perlahan batang nya menegang. Hal ini yang
membuatnya gelagapan ketika Dedeh menyuruhnya terlentang untuk dipijat bagian depan.
“Eh bagian depannya juga ya?” tanyanya gugup.
“Iya, biar sekalian” jawab Dedeh terdengan merdu di telingan Adi.
Dengan perlahan diputar tubuhnya celentang, sementara tangannya sibuk membereskan kain
sarungnya agar acungan batang nya tidak terlihat.
Sebenarnya Dedeh tahu apa yang terjadi, tapi ia pura-pura tak melihat dan sambil tersenyum
kecil meneruskan pijatannya mulai dari kaki lagi.
Sambil berbaring Adi berusaha bersikap tenang dan menikmati pijitan Dedeh sambil menatapi
wajah Dedeh yang menunduk.Wajah Dedeh cukup menarik, rambutnya yang panjang digelung
kebelakang, hidungnya bangir, bibirnya yang merah alami dengan bulu-bulu hitam halus
diatasmya, mengingatkan Adi pada penyanyi dangdut Iis Dahliah. Demikian juga dengan
tangannya berbulu halus.
Dan sesuatu yang menyembul dibalik baju kebayanya membuat Adi semakin naik spaning. Baju
kebaya dengan belahan yang cukup rendah telah menampilkan juga belahan buahdada Dedeh yang
putih. Ditambah dengan posisi Dedeh yang berlutut dan membungkuk, hingga belahan itu semakin
mencuat. Apalagi kedua tangannya yang sedang memijat menekan buahdadanya dari samping
sehingga gunung kembar yang padat berisi itu makin membusung.
Adi menelan ludah melihat itu sehingga membuat batang nya semakin tegang, dan dengan
malu-malu diberesi kain sarungnya agar menyamarkan tonjolan yang terjadi. Adi semakin
gelisah ketika tangan Dedeh mulai merambahi pahanya. Disamping semakin jelasnya pemandangan
pada buahdada itu, juga karena pijatan jemari Dedeh semakin mendekati pangkal pahanya.
Dedeh juga telah melihat perubahan itu sejak tadi. Perlahan hasratnya sebagai perempuan yang
ditinggal lama oleh suami, bangkit. Tapi ada keraguan di dirinya, antara hasrat yang mulai
menggelora dan kesetiaan kepada suami. Sambil menimbang-nimbang, jemari tangannya terus
memijati kedua paha Adi yang kain sarungnya telah tersingkap keatas hingga hanya menutupi
pangkal pahanya.
Adi pemuda delapan belas tahun yang masih hijau soal seks. Pengetahuan yang didapatnya cuma
dari cerita teman, buku dan VCD porno. Hingga menghadapi situasi itu membuat dirinya grogi.
Mau menerkam dia takut Dedeh berteriak dan menuduhnya mau memperkosa. Dia belum bisa
melihat dan membedakan reaksi seorang perempuan.
Akhirnya dia memilih diam dan terus menikmati pijatan Dedeh yang kini makin keatas menyusup
kebalik kain sarungnya. Jemari Dedeh memijiti pinggul dikiri kanan pangkal paha Adi. Hal
mana membuat Adi semakin blingsatan apalagi secara sengaja atau tidak jemari Dedeh sesekali
menyentuh bulu-bulu jembutnya.
” Manuknya bangun ya?” tanya Dedeh akhirnya sambil tertawa kecil menyadari ‘burung’
diselangkangan pemuda itu semakin mengacung.
Hasratnya rupanya telah mengalahkan kesetiaan. Tapi seperti juga Adi, Dedeh masih ragu-ragu
terhadap reaksi pemuda itu.
“Ehh..iya” jawab Adi gelagapan ” Habis pijitan kamu enak sekali sih”
“Ah masa, tapi itu artinya
aden normal” kata Dedeh menimpali
“Eceu ngga apa-apa, ngga tersinggung ?” tanya Adi
“Ah nggak apa-apa, saya pan sudah biasa lihat punya suami” jawab Dedeh makin berani.
“Oh iya” kata Adi juga semakin berani.
“Ngomong-ngomong bagus mana punya saya sama punya Kang Sudin ?” tanyanya lagi.
“Ah mana saya tahu, sayakan belum pernah lihat punya
aden” jawab Dedeh memancing.
” Kalau mau lihat, ya dibuka saja” kata Adi sambil menyibakkan kain sarungnya hingga
mencuatlah batang ****** yang telah sepenuhnya ngaceng.
Dedeh sedikit terkejut tapi dilihat juga batang ****** yang sudah tegang itu.
” Bagaimana ?” tanya Adi bernafsu.
” Eeee….nggg…. sama saja bagusnya. Cuma punya
aden lebih besar dan panjang” jawab Dedeh sambil tertawa kecil dan tak sadar jemarinya yang
memang berada disekitar pangkal paha itu mulai membelai bulu-bulu jembut keriting yang
mulai tumbuh subur.
” Kata orang, perempuan lebih suka burung yang gede” pancing Adi berani.
“Ah, kata siapa ” jawab Dedeh tersipu sambil matanya tetap menatap batang ****** pemuda itu
yang mengangguk-angguk, sementara itu jemarinya masih membelai bulu jembut menghitam dan
nafasnya mulai memburu. Heran juga dia, masih bocah tapi burung nya sudah sebesar itu.
Memang batang ****** Adi lebih besar dan panjang dari kepunyaan Sudin suaminya. Dan Dedeh
juga telah mendengar dari Iis sudaranya, semakin besar batang ****** lelaki semakin nikmat
hujamannya dirasakan oleh perempuan.
” Ya kata orang, saya juga belum tahu” jawab Adi
” Belum tahu. Memang
aden belum pernah melakukan ?” tanya Dedeh antusias.
” Belum, sayakan masih perjaka ting-ting nih. Ajarin dong” kata Adi semakin berani.
” Ah
aden bisa saja, diajarkan apa sih ?” tanya Dedeh pura-pura bodoh.
” Diajarin bagaimana melakukannya ” kata Adi yang tangannya sudah memegang tangan Dedeh dan
mendorongnya agar menyentuh batang nya.
Dan Dedeh menuruti dengan membelai perlahan otot tegang itu.
” Benar
aden belum pernah?” tanya lagi.
” Berani sumpah,” kata Adi meyakinkan ” melihat perempuan telanjang saja saya belum pernah”
Dedeh semakin tergerak, jemarinya semakin berani meremasi batang ****** Adi, yang membuat
pemuda itu semakin bernafsu. Demikian juga dengan Adi, tangannya mulai berani merabai
buahdada Dedeh dan meremasnya. Dedeh mengelinjang menikmati remasan itu. Telah lama ia
tidak menikmati sentuhan lelaki.
Dan Adi semakin berani, jemarinya mulai membuka satu-persatu peniti di baju kebaya Dedeh
yang telah pasrah. Mata Adi berbinar ketika peniti itu telah lepas semua dan buah dada ranum
yang masih terbungkus oleh BH semakin menonjol keluar.
Segera saja ia bangkit duduk dan memegang pundak Dedeh yang juga bersimpuh pasrah.
Dipandanginya seputar belahan putih mulus yang juga ditumbuhi bulu-bulu halus, kontras
dengan kulitnya yang putih. Diusap-usapnya belahan dada itu perlahan yang membuat Dedeh
semakin bergetar dan tangan Adi terus naik keleher hingga kedagu.
Diangkatnya dagu itu hingga muka Dedeh menengadah. Matanya terlihat pasrah namun menyimpan
hasrat yang mengelora. Bibirnya merekah basah, mengundang untuk dikecup. Maka diciumnya
bibir merah merekah itu dengan bernafsu.
Dedeh pun menyambut ciuman itu dengan hangat, sementara tangannya makin keras meremasi
batang ****** Adi. Dan tangan Adi juga tidak tinggal diam, setelah membuka baju kebaya
Dedeh, segera saja tangannya membuka kancing BH yang membungkus buahdada yang montok itu.
Maka mencuatlah sepasang gunung montok yang sedari tadi menarik minat Adi.
Dedeh secara refleks semakin meremas dan mengocok batang ****** Adi ketika pemuda itu dengan
bernafsu meremasi buahdadanya yang telah terbuka. Sementara itu ciuman mereka semakin
bernafsu. Meski belum pernah bercinta dengan perempuan tapi soal ciuman dan rabaan, Adi
cukup pengalaman. Hanya sebatas itulah yang dapat dilakukan bersama pacarnya, Dewi.
Adi mengeluarkan semua jurus menciumnya, lidahnya menjulur menjelajah kedalam mulut Dedeh.
Demikian juga dengan Dedeh, berusaha mengimbangi dengan kemampuan yang dimiliki. Melihat
kemampuan pemuda itu, Dedeh ragu akan pengakuannya belum pernah bercinta dengan perempuan.
Namun nafsu yang kian menggebu menghapus semua keraguannya, yang penting hasratnya harus
tertuntaskan.
Setelah puas menciumi mulut Dedeh, perlahan mulutnya mulai menyusuri leher perempuan itu
terus kebawah ke belahan dadanya yang ranum. Dedeh mendesah ketika ujung lidah Adi mulai
menjilati seputar buahdadanya yang ranum, terus keputingnya yang semakin mengeras dan
menghisapnya seperti bayi.
” Ahh.. den, gelii.. ” rintih Dedeh.
Adi dengan bernafsu terus meremasi dan menghisap buahdada ranum yang itu. Dikeluarkan semua
jurus bercinta yang dia ingat, untuk memuaskan hasratnya yang kian menggebu. Baru pertama
kali itulah ia menciumi buahdada wanita secara utuh. Dengan Dewi pacarnya hanya sebatas
meraba dan meremas, itu pun masih berpakaian.
Buahdada Dedeh yang padat berisi memang sangat menarik hasrat lelaki. Bentuknya padat berisi,
tidak terlalu besar tapi montok. Ditambahi dengan bulu-bulu halus disekitarnya menambah
daya tarik alias semakin nafsuin. Demikian juga dengan Adi dengan tidak puas-puasnya mulut
dan tangannya secara bergantian meremasi dan melumati sepasang gunung montok nan lembut.
Dedeh dengan penuh gairah menikmati semua sentuhan itu. Dan Adi yang batang nya terus
dirangsang remasan tangan Dedeh, secara perlahan nafsunya semakin tinggi. Kocokan dan
remasan itu dirasakan semakin nikmat sehingga batang nya semakin tegang dan sensitif.
Seketika Adi bangkit berlutut dan melepaskan kulumannya dari buahdada Dedeh. Batang
nya yang telah sepenuhnya tegang itu ditempelkan diantara buah dada Dedeh yang montok
dan digesek-gesekkan turun-naik . Dedeh mula-mula bingung, tapi kemudian mengimbangi dengan
menekan kedua buahdadanya hingga batang ****** itu terjepit diantaranya.
Hal ini semakin menambah kenikmatan bagi Adi yang semakin giat mengesekkan batang nya.
Demikian juga dengan Dedeh yang baru pertama melakukan posisi itu, dirasakan ada sensasi
lain batang ****** lelaki mengesek-gesek diantara belahan dadanya. Sementara itu Adi juga
merasakan sensasi yang sama, sehingga tidak beberapa lama kemudian Adi merasa bahwa ia akan
segera orgasme, maka dipercepat kocokannya dan tanpa bisa dicegah muncratlah cairan hangat
dari lubang nya yang masih terjepit diantara buahdada Dedeh.
“Ahhhhc…hhhhhggghhh… !” rintih Adi sambil melepaskan hasratnya. Sesaat Adi merasa
persendiannya meregang oleh perasaan nikmat yang beberapa detik dirasakan.
Dedeh terkejut tidak menyadari pemuda itu telah orgasme. Dedeh baru sadar ketika dadanya
yang menjepit batang ****** itu dilumuri cairan hangat yang sebagian lagi memerciki leher
dan dagunya.
“Hi hi.. sudah keluar ya den ? ” kata Dedeh terkikik melihat batang ****** pemuda itu
menumpahkan lahar panasnya diantara jepitan buahdadanya.
Tapi jepitan buahdadanya pada batang ****** itu tidak dilepaskan, Dedeh juga merasakan
nikmat ketika seputar dadanya terasa hangat oleh percikan cairan putih kental yang
dikeluarkan ****** pemuda itu
“Habis jepitan kamu enak sekali” jawab Adi menutupi rasa malunya.
Sebenarnya posisi itu dilakukan reflek saja ketika dirasakan mendekati orgasme. Dia
tiba-tiba teringat film porno yang pernah ditonton dan ingin mempraktekkannya, dengan hasil
nikmat yang luar biasa.
Keduanya kemudian terduduk. Dedeh sibuk membersihkan lumuran sperma didadanya dengan melap
pada kainnya yang sudah terlanjur terkena. Nafasnya masih memburu. Sementara Adi masih
mengatur nafasnya sambil membersihkan batang nya yang masih separuh tegang. Nampak
keduanya masih bernafsu untuk meneruskan ronde selanjutnya.
Terutama Dedeh, yang nafsunya belum terlampiaskan, yang lalu bangkit berdiri dan segera
membuka kainnya sambil mengeraikan rambutnya yang panjang. Adi penatap perempuan itu yang
cuma memakai celana dalam. Tubuh telanjang Dedeh memang semakin terlihat menggairahkan.
Postur tubuhnya sedang saja dengan kulit putih khas gadis Sunda. Lekukan-lekukan ditubuhnya
itulah yang membuat birahi lelaki langsung “konak”. Buahdadanya menggantung padat berisi
dengan puting kemerahan dikedua puncaknya, serta pinggang yang ramping dan pinggul yang
montok.
Kakinya dihiasi paha yang berisi dan betis yang ramping mulus. Semuanya, meski Dedeh gadis
desa, terkesan terawat.
Apalagi ketika Dedeh membuka celana dalamnya, semakin jelasnya keseksian perempuan itu.
Terpampanglah dengan jelas pangkal paha dengan bulu jembut menghitam lebat, kontras dengan
kulitnya yang putih. Bulu jembut itu tidak hanya tumbuh diseputar pangkal pahanya tapi
merebak tipis keatas hingga kesekitar pusarnya.
Adi menelan ludah, perlahan batang nya mulai bangkit. Hal itu memang yang dimaksud
Dedeh untuk segera menaikkan nafsu pemuda itu.
“Tubuh kamu bagus betul, mengairahkan” kata Adi sambil menelan ludah dan segera bangkit
berdiri hingga mereka saling berhadapan.
Batang ****** Adi yang telah tegang mengacung bebas yang segera ditangkap tangan Dedeh dan
diremas-remasnya. Demikian juga dengan Adi. Tangannya segera menggerayangi buahdada ranum
yang mempesonanya. Sementara tangan yang satunya menyusuri keselangkangan Dedeh. Dirabanya
bulu jembut itu yang lebat dan hitam itu. Dan sesuatu dibaliknya pastilah lebih
menggairahkan.
Dedeh mendesah ketika jemari pemuda itu mulai merambahi bagian-bagian sensitifnya, lalu
mereka saling berciuman kembali untuk semakin menaikkan nafsu masing-masing.
“Oh den….., terus den…ah..!” rintih Dedeh kian bernafsu ketika jemari Adi mulai menyusup
keselangkangannya dan menyentuh bibir nya yang telah basah.
Dengan ujung jarinya disusupkan kebelahan Dedeh yang telah merenggangkan kedua
pahanya.
Kembali Adi ingin mempraktekkan film porno yang pernah ditontonnya. Disuruhnya Dedeh untuk
berbaring terlentang sedangkan ia berada diatasnya. Kepalanya tepat diatas selangkangan
Dedeh dan selangkangannya diatas kepala Dedeh.
Dedeh mula-mula bingung. Didepan mukanya batang ****** yang mengacung menggantung tegang
seolah mau menghujamnya. Dengan polos batang ****** itu cuma diremas-remas. Tubuh Dedeh
bergetar ketika dirasakan tangan, mulut dan lidah Adi mulai menjelajahi bibir nya
dengan penuh nafsu.
Memang Adi mulai merambah lembah dipangkal paha wanita itu. Disibakkannya bulu jembut yang
melingkari lubang diselangkangan Dedeh. Matanya nanar melihat kemaluan perempuan
untuk yang pertama. Belahan itu terlihat lembab dan ketika dengan jemarinya dikuakkan,
terlihatlah yang putih kemerahan telah basah. Dengan tidak sabar dicium dan
dijilatinya belahan itu. Harum.
“Ah…den, geli….” Rintih Dedeh menikmati sentuhan lidah pada nya yang belum pernah
dirasakan sebelumnya.
Sudin suaminya dalam bercinta tidak memakai teknik macam-macam, mencium bibir, meraba dada,
lalu langsung memasukan batang ****** kedalam nya. Dan gayanya itu-itu juga, Sudin
diatas, Dedeh dibawah. Beberapa menit kemudian Sudin keluar tanpa memperdulikan apakah
istrinya juga puas. Selama Dedeh menikah dia belum pernah merasakan dan tahu tentang orgasme.
Karena itu apa yang dilakukan Adi terhadapnya merupakan pengalaman pertama yang sangat
menggairahkan. Sekarang bukan Dedeh yang mengajari Adi tapi sebaliknya Adi yang pegang
kendali.
‘Ayo dong De, manukku dihisap” kata Adi ketika dirasakannya Dedeh hanya memegang dan
meremasi nya saja.
Dedeh tertegun, ia belum pernah melakukannya, tapi keinginan tahunya lebih besar untuk
mencoba. Perlahan didekatkan batang ****** dalam genggaman tangannya yang telah tegang itu
kemulutnya yang terbuka. Terasa asing ketika kepala ****** yang keras dan kecoklatan itu
menyentuh bibirnya.
” Pakai lidahnya De, jilati” perintah Adi.
Dedeh menuruti, ujung lidahnya perlahan dijulurkan menyentuh kepala ****** dan mulai
menjilati.
“Ah.. ya terus De begitu, nikmat euy!” desah Adi diantara kesibukannya merambah hutan lebat
berdanau hangat.
Sentuhan lidah Dedeh terasa nikmat, tapi Adi ingin yang lebih hot. Maka diturunkan
pinggulnya hingga batang nya itu semakin masuk kemulut Dedeh.
Dedeh menyambutnya dengan membuka mulutnya lebih lebar hingga kepala ****** yang besar itu
masuk semua kedalam mulutnya yang kecil. Digunakan lidahnya untuk mengelitik dan menghisap
kepala ****** itu yang membuat Adi menggerinjal kenikmatan.
Dedeh ternyata cepat belajar. Kini mulut dan lidahnya semakin aktif mengulum dan menjilati
batang ****** pemuda itu, meski masih kaku tapi tetap dirasakan Adi nikmatnya luar biasa.
Dedeh juga merasakan sensasi lain dalam melakukannya, mengingatkannya sewaktu mengulum es
lilin, disamping juga nikmat yang dirasakan dari jilatan lidah Adi di lubang nya.
Mulut mereka terus melakukan tugasnya masing-masing. Keduanya sama-sama belum pengalaman
melakukannya, karenanya buat mereka sensasi yang dirasakan sangat luar biasa.
Adi yang berencana hanya dua hari dirumah bibinya bertekad selama mungkin tinggal dirumah
bibinya untuk dapat terus bercinta dengan perempuan yang telah membuatnya kepelet. Sepuluh
kali sehari juga dia sanggup melakukan. Dia merasa tidak rugi keperjakaannya hilang oleh
perempuan ini.
Demikian juga dengan Dedeh, pengalaman yang tengah dialami kini telah membuatnya mabuk
kepayang. Belum pernah selama ini dia merasakan nikmat yang sangat mengebu saat bercinta
seperti sekarang. Kulumanan dan jilatannya pada batang ****** dan lubang nya yang
dijilati mulut pemuda itu membuat seluruh tubuhnya bergetar dialiri setrum kenikmatan yang
memabukkan. Hingga gairahnya semakin meninggi dan tanpa disadari orgasme yang belum pernah
dirasakan melandanya.
“Aduh gusti..! Achh..!” desahnya parau ketika dirasakan sesuatu didalam nya
berdesir-desir dan menjalar keseluruh tubuhnya mendatangkan kenikmatan luar biasa yang belum
pernah dirasakan. Tiba-tiba tubuh Dedeh menjadi sangat sensitif mengerinjal kegelian
menerima jilatan mulut Adi, hingga ditolaknya tubuh pemuda itu dari atas tubuhnya.
“Hi..hi geli ah!…” desisnya menahan tawa.
Adi bingung menanggapi kelakuan Dedeh, dia juga sama bodohnya.
” Eh kenapa sih ?” tanyanya bingung melihat Dedeh yang berbaring meringkuk mendekapkan kedua
tangannya kedada sambil senyum-senyum.
” Engga tahu ya, perasaan tadi mau pipis tapi cuma terasa keluar didalam dan tiba-tiba
kerasa geli semua” jawabnya juga bingung.
“Oh begitu, itu artinya kamu tadi orgasme” kata Adi setelah menganalisa jawaban Dedeh.
“Orgasme ?, apa itu ?” tanya Dedeh masih bingung.
” Itu sama seperti saya tadi keluarin air mani” jawab Adi.
” Oh begitu, tapi kok ngga keluar keluar airnya ?” tanyanya lagi
” Itu karena Eceu perempuan, keluarnya didalaem” jawab Adi sekenanya, soalnya dia juga
kurang paham masalah itu disamping nafsunya masih tinggi belum terlampiaskan.
“Ayo atuh dilanjutkan, si otong masih ngaceng nih” ajak Adi sambil mengacungkan batang
nya yang memang masih tegang.
Dedeh tersenyum penuh arti langsung berbaring celentang dengan kaki ditekuk dan kedua
pahanya mengangkang. Rambutnya yang panjang tergerai di atas kasur. Adi segera pengatur
posisi diatas tubuh Dedeh. Rupanya Adi ingin segera melakukan hubungan sex yang sebenarnya.
Dengan berdebar diarahkan batang nya kelubang Dedeh yang sudah basah. Tubuhnya
berdesir ketika kepala nya menyentuh bibir yang telah merekah.
“Ahhh..!” desis Dedeh merasakan nikmat sentuhan dan selusuran kepala ****** Adi yang besar
di lubang nya yang sempit. Adi perlahan mendorong pinggulnya hingga kepala nya
semakin meyelusup kebelahan yang telah basah itu.
“Ah..den terus masukin” desis Dedeh memberi semangat.
Telah beberapa bulan lubang nya tidak disinggahi ****** lelaki hingga debaran yang
dirasakan seperti pada malam pertama.
Demikian juga dengan Adi, selusuran batang nya pada lubang Dedeh yang lembut
mendatangkan sensasi yang selama ini cuma dia angankan lewat mimpi. Dengan kekuatan penuh
didorongnya batang nya menerobos lubang kenikmatan yang paling dalam.
“Aduh gusti ! ” teriak Dedeh tertahan merasakan hujaman batang ****** yang besar dan keras
itu kelubang nya yang sempit.
Memang batang ****** Adi yang besar cukup seret masuk kedalam lubang Dedeh yang
meskipun sudah tidak perawan tapi masih cukup sempit.
Untung cairan didalam lubang Dedeh cukup licin hingga membantu masuknya
batang ****** itu lebih dalam.
“Ah..! enak euy!” desis Adi ketika seluruh batang nya telah tertancap di lubang
Dedeh yang merasa nyeri sedikit pada lubang nya akibat besar dan panjangnya
batang ****** itu. Tapi perasaan nyeri itu tak lama hilang ketika perlahan Adi mulai
mengerakkan batang nya keluar masuk lubang nya.
Dedeh merintih kenikmatan merasakan gesekan di dalam lubang nya, kedua pahanya semakin
diregangkan. Demikian juga dengan Adi, gerakan maju mundur batang nya di dalam
Dedeh betul-betul mendatangkan kenikmatan yang luar biasa.
Adi merasa semakin bernafsu mengerakkan batang nya yang kian keras dan tegang, hingga
mendatangkan rasa nikmat yang selama ini cuma dihayalkan lewat mimpi. Kini secara nyata ia
melakukan persetubuhan dengan perempuan yang bukan saja cantik dan bertubuh indah, tapi
juga goyangan pinggulnya memberi kenikmatan yang lebih.
Memang Dedeh yang secara tak sadar berusaha mengimbangi gerakan Adi di atasnya,
menggerak-gerakkan pinggulnya bagaikan penari jaipongan. Memutar, kadang menghentak maju.
Hal mana membuat Adi semakin syurr.
“Ah ! De, yeah begitu. Enak sekali!” Desis Adi
“Ayo den, goyang terus biar tuntas” Dedeh juga tidak mau kalah memberi semangat.
Dan mereka semakin hot mengerakkan tubuhnya untuk mencari kenikmatan masing-masing. Mereka
tidak memperdulikan lagi keadaan sekelilingnya, dalam pikiran mereka cuma ada bagaimana
mencapai kenikmatan setinggi mungkin. Tanpa mereka sadari sepasang mata memperhatikan
perbuatan mereka dari balik jendela. Sepasang mata yang berbinar penuh nafsu.
Adi mendekap tubuh Dedeh dan membalikkan posisi mereka menjadi Adi di bawah dan Dedeh diatas.
“Ayo De, goyanganya ” pinta Adi agar perempuan itu lebih aktif.
Dan Dedeh yang berada diatas menjadi lebih leluasa menggerakkan pinggulnya, bukan hanya naik
turun tapi juga memutar.
” Ah !” desis Adi ketika terasa batang nya bagai dipelintir bila Dedeh memutar
pinggulnya seperti orang sedang mengulek.
Tangan Adi tidak tinggal diam, diremasinya buahdada montok yang menggantung itu sehingga
mendatangka n rangsangan bagi Dedeh.
Tubuh Dedeh menghentak-hentak bagaikan penunggang kuda liar. Belum pernah dia merasa
senikmat ini dalam melakukan sanggama. Semua gerakannya dilakukan secara naluri, karena dia
belum pernah melakukannya dalam
gaya demikian, tapi benar-benar mendatangkan kenikmatan yang sangat.
Demikian juga dengan Adi, pengalaman pertama yang benar-benar tak akan terlupakan.
Mereka terus melakukannya dengan lebih giat. Dedeh yang berada diatas seolah mengendalikan
permainan. Perlahan dia tahu gerakan apa yang mendatangkan nikmat yang lebih buat dirinya
dan juga pemuda itu. Gerakan batang ****** yang besar dan keras didalam lubang nya
telah pula menggesek-gesek kelentitnya, hingga semakin menambah gairahnya.
Perlahan tapi pasti nafsu keduanya semakin tinggi. Adi merasakan batang nya semakin
sensitif. Demikian juga dengan Dedeh yang didalam lubang nya semakin berdenyut nikmat,
sehingga semakin dipercepat goyangannya.
” Ayo De, gayang terus sampai tuntas ! ” teriak Adi keenakan dan bersamaan dengan itu batang
nya berdenyut-denyut dan tanpa bisa dicegah memuncratkan cairan kenikmatan didalam
lubang Dedeh.
“…! …..!…. …!”
” Ahhh…..ahh !” desis Adi parau merasakan kenikmatan yang luar biasa.
“Ayo den keluarkan semuanya !” teriak Dedeh yang goyangannya semakin menggila karena
merasakan juga nikmat oleh semburan cairan hangat dari ****** Adi didalam liang nya.
Sehingga tanpa disadari membuatnya mencapai klimaks yang belum pernah dirasakan.
” Duh Gusti !….. nikmat !” desisnya ketika dirasakan otot-otot didalam lubang nya
meregang dan terasa berdesir nikmat. Lebih nikmat dari yang dirasakan sebelumnya, karena
adanya gesekan batang ****** didalamnya.
Tubuh Dedeh ambruk menindih tubuh Adi. Tulang-tulangnya terasa mau copot. Nafasnya memburu
dengan butiran keringat membasahi sekujur tubuhnya. Adi mendekap tubuh telanjang itu.
Nafasnya juga memburu. Mencoba mengingat apa yang barusan dialami, tapi sukar dibayangkan.
Sementara kemaluan mereka masih saling bertaut.
Tiba-tiba mereka dikejutkan oleh pintu samping yang terbuka. Seketika itu mereka segera
melepaskan dekapan dan membereskan diri. Adi segera meraih kain sarungnya demikian juga
dengan Dedeh segera menutupi tubuhnya dengan kain kebayanya.
Dari pintu tengah muncul perempuan muda, mirip dengan Dedeh. Wajahnya memerah dengan senyum
yang bergairah. Rupanya perempuan ini yang mengintip perbuatan keduanya dan tak dapat
menahan hasrat atas apa yang disaksikan, hingga menerobos masuk untuk nimbrung.
” Maaf ya De, Iis tidak tahan ngeliatnya ” katanya sambil mendekati keduanya.
” Eh Iis, ada apa ?” tanya Dedeh gugup sambil terus merapikan pakaiannya.
” Ah kamu, jangan malu-malu. Iis sudah lihat dari tadi ” katanya lagi
Adi bengong melihat semuanya. Seorang perempuan, sangat mirip Dedeh, berada dihadapannya.
” Eh De, punya pacar tidak bilang-bilang. Siapa ini ?” tanya perempuan yang dipanggil Iis
sambil melirik Adi dan tersenyum menggoda.
” Ini den Adi, keponakannya teteh Karta” jawab Dedeh ” Jangan bilang kang Sudin ya”
” Oh, pantes ganteng, ngga heran Dede kepincut ” kata Iis menggoda
” Maaf ya den, ini Iis saudara kembar saya saya” kata Dedeh menerangkan.
“Ya ya…” ucap Adi baru mengerti, pantas mirip.
” Maaf ya den, bikin kaget. Habis permainan
aden dan Dede seru sekali, saya jadi ngga tahan” kata Iis tanpa malu-malu.
” Eh…ngga apa-apa ” jawab Adi gugup.
Dedeh segera menarik Iis ke kamar dan berbicara serius. Tak lama Dedeh keluar dengan wajah
memerah dan mendekati Adi.
” Maaf ya den, Iis kepingin juga main dengan
Aden” kata Dedeh sambil menunduk.
” Hah ” Adi sedikit kaget ” suaminya dimana ?”
” Iis janda ” jawab Dedeh
” Oh begitu ” kata Adi ragu.
Berarti dia harus melayani dua perempuan sekaligus, kembar lagi,pikirnya.
” Kamu sendiri bagaimana, keberatan tidak ?” tanya Adi
” Itu sih terserah Aden” kata Dedeh
” Boleh deh, tapi kamu ikut juga ” kata Adi
” Maksud aden ?” tanya Dedeh tak mengerti
” Iya kita main bertiga” kata Adi lagi
” Bertiga, bagaimana caranya” tanya Dedeh lagi
” Gampang De, bisa diatur ” celetuk Iis yang menguping pembicaraan mereka.
” Ayo den ” ajak Iis tak sabar dan tanpa malu-malu segera membuka pakaiannya.
Tidak berbeda dengan Dedeh, Iis juga berkulit putih bersih. Hanya tubuhnya sedikit lebih
tinggi. Tapi wajahnya memang mirip Dedeh, bak pinang dibelah dua. Dan ketika Iis telah
telanjang bulat, maka sama seksinya dengan Dedeh. Buahdadanya padat berisi dengan puting
susu yang kecoklatan, pinggangnya ramping, pinggulnya montok dengan bulu jembut dipangkal
pahanya hitam lebat dan keriting.
Adi menelan ludah, tidak terbayangkan sebelumnya harus bercinta dengan dua perempuan kembar
sekaligus.
Iis ternyata lebih agresif dari Dedeh. Didekatinya Adi dan langsung mengulum bibir pemuda
itu dengan bernafsu membuat Adi sedikit gelagapan dan mencoba mengimbangi. Maka keduanya
terlibat dalam cumbuaan yang bergelora disaksikan Dedeh yang masih tertegun.
Pengalaman hari ini benar-benar luar biasa bagi Dedeh. Pertama kali ia tidur dengan lelaki
lain yang bukan suaminya dan mendapatkan kenikmatan yang menggetarkan. Sekarang ia
menyaksikan saudara kembarnya sedang bergelut mesra dengan Adi. Baru pertama itu dia
menyaksikan perempuan dan lelaki bercinta, didepan matanya pula.
Tanpa sadar ia menyimak semua perbuatan mereka dengan gairah yang perlahan bangkit. Iis
memang lebih punya pengalaman dengan lelaki. Ia telah kawin cerai dua kali. Sedangkan tidur
atau selingkuh dengan lelaki lain entah sudah berapa banyak. Karena itu Iis lebih aktif
dan tahu bagaimana mencumbui lelaki dan memberikan rangsangan bagi pasangannya dan dirinya.
Kini mulutnya mulai merambahi dada Adi yang telah terlentang pasrah, sementara tangannya
telah meremasi batang ****** besar yang telah tegang itu. Jilatan lidahnya didada Adi
memberikan rangsangan yang nikmat bagi pemuda itu. apalagi ketika mulutnya semakin turun
kebawah , keperutnya terus kepangkal pahanya.
Adi merem-melek keenakan ketika batang nya mulai dijilati mulut Iis dengan penuh
nafsu. Kuluman dan jilatan mulut Iis memang jauh lebih pintar dari Dedeh yang masih amatiran.
Apalagi ketika Iis mengajak Dedeh untuk ikut nimbrung menjilati batang ****** yang semakin
tegang mengeras itu.
Dengan patuh Dedeh, yang juga telah dilanda nafsu, mengikuti ajakan Iis. Maka batang ******
itu kini dikerubuti oleh jilatan dan kuluman mulut dua perempuan kembar. Iis seperti
mengajari Dedeh bagaimana caranya memperlakukan kemaluan lelaki. Karena sehabis ia
melakukan gerakan tertentu dengan mulutnya, disuruhnya Dedeh melakukan hal yang sama.
Sehingga batang ****** Adi secara bergantian dikulum, dijilat dan dihisap oleh mulut kedua
perempuan kembar itu. Adi benar-benar merasakan kenikmatan diperlakukan seperti itu,
tubuhnya bergetar menahan rangsangan yang sedang melandanya.
Sementara itu Adi juga tidak tinggal diam. Kedua tangannya juga mulai merambahi pinggul
kedua perempuan itu yang menungging. Tangannya merambahi belahan kemaluan si kembar yang
juga telah merekah. Dengan jemarinya dirabai bibir kemaluan diantara lembah berbulu lebat
itu. Jari tengahnya disusupkan kedalam lubang yang basah setelah sebelumnya
mengelitiki kelentit yang membuat kedua perempuan itu mengelinjang geli.
“Ayo den terus, enak ah!” desis Iis keenakan.
Ketiganya terus saling merangsangi pasangannya hingga akhirnya Iis menghentikan kulumannya
dan bangkit. Rupanya ia telah sangat bernafsu untuk menuntaskan birahinya. Langsung saja
diatur posisinya sambil berjongkok mengangkangi batang ****** yang tegang dan masih dipegang
Dedeh.
“Oyo De arahkan” pintanya
Diturunkan pinggulnya dan Dedeh dengan patuh mengarahkan batang ****** Adi yang dipegangnya
kelubang Iis yang merekah basah.
Iis segera menekan pinggulnya ketika kepala ****** itu telah tepat didepan lubang nya,
sehingga dengan lancar batang ****** itu terhujam masuk kedalam lubang kenikmatannya.
“Duh bapa !” desisnya merasakan nikmat ketika batang ****** yang besar dan keras itu
mengelorosor masuk kedalam lubang nya yang telah gatal-gatal nikmat.
Adi juga merasakan kenikmatan yang sama dan semakin nikmat ketika Iis mulai mengerakkan
pinggulnya turun naik dengan berirama. Adi mulai bisa merasakan bahwa goyangan Iis memang
lebih pintar tapi lubang Iis terasa lebih longgar dibandingkan punya Dedeh. Mungkin
karena Iis telah tidur dengan banyak lelaki sehingga lubangnya terasa lebih besar.
Tidak demikian dengan Iis hujaman batang ****** Adi dirasakan cukup besar dan keras sehingga
mendatangkan kenikmatan yang sangat.
Tubuh Iis menghentak-hentak bagaikan penunggang kuda liar. Ditariknya Dedeh yang bengong
agar menempatkan selangkangannya diatas mulut Adi untuk dijilati.
Maka kembali ketiganya terlibat dalam pertandingan yang seru dan nikmat. Adi sambil
celantang menikmati batang nya yang keluar masuk Iis sambil mulutnya mulai
menjilati lubang Dedeh yang setengah berjongkok dengan kedua paha yang mengangkang.
Sementara mulut Dedeh ikut pula melumati puting buah dada Iis yang montok.
Hujaman ****** Adi di lubang nya dirasakan sangat nikmat oleh Iis, entah karena sudah
cukup lama tidak melakukan senggama atau memang karena ****** itu panjang dan besar.
Sehingga makin lama gerakan dan goyangan pinggul Iis makin menggila karena dirasakan puncak
syahwatnya semakin dekat. Akhirnya dengan gerakan yang menghentak ditekannya pinggulnya
kebawah sehingga batang ****** itu menghujam sedalam-dalamnya kedalam lubang nya.
“Duhh…!….ahhhh! ” pekiknya panjang ketika dirasakan sesuatu berdesir didalam lubang nya
dan mendatangkan kenikmatan yang luar biasa.
Tubuhnya terasa lunglai dan ambruk mendekap tubuh Dedeh yang masih menjilati buah dadanya.
“Aduh De enaknya..” desisnya.
“Sudah keluar Is?” tanya Dedeh yang dijawab Iis dengan anggukkan.
“”Ayo atuh gantian, Dede juga sudah mau lagi” kata Dedeh tidak malu-malu lagi.
Iis sebenarnya masih mau melanjutkan gerakannya karena dirasakan batang ****** Adi yang
masih terhujam di lubang nya masih terasa mengacung.
“Silakan” kata Iis sambil bangkit dan terlepaslah pertautan kemaluan mereka.
Memang batang ****** Adi masih keras mengacung. Rupanya kondisi Adi masih fit biarpun telah
bertempur dengan dua perempuan. Kini ia ingin cari posisi lain, disuruhnya Dedeh menungging
dan disodok dari belakang.
Pinggul Dedeh yang putih mulus dan montok mendongak keatas dengan belahan jembutnya yang
berbulu lebat mengintip diantara pangkal pahanya. Adi menelan ludah melihat pemandangan itu.
Sambil mengelus-elus batang nya didekati pinggul perempuan itu yang sudah menunggu.
Diarahkan batang nya kebelahan yang terjepit diantara paha yang juga putih mulus.
Dengan dorongan lembut dimasukan batang nya kedalam lubang itu. terasa sempit
karena dengan posisi itu lubang itu terjepit kedua paha.
“Ah….!” Desis Dedeh ketika dirasakan batang ****** yang besar dan tegang menyelusup kedalam
lubang nya.
Dengan memegang pinggul gadis itu perlahan digerakkan pinggulnya sehingga batang nya
mundur maju dibalam lubang yang masih terasa sempit itu. Dedeh menggigit bibirnya
merasakan nikmat demikian juga dengan Adi, gesekan batang nya didalam lubang
itu mendatang sensasi yang luar biasa.
Adi mengerakkan pinggulnya semakin cepat dan berirama. Tubuh Dedeh ikut terguncang-guncang
mengikuti gerakan itu.
“Ah …Den, terussss Den” desis Dedeh semakin bernafsu.
Sementara itu Iis juga mulai bernafsu lagi menyaksikan adegan yang tengah berlangsung,
dengan perlahan ditempatkan tubuhnya dibawah tubuh Dedeh dengan kepalanya berada diantara
paha Dedeh sedangkan pangkal pahanya yang mengangkang dibawah muka Dedeh untuk dijilati.
Tangan Iis merabai selangkangan Adi dan mengusap-usap biji pelernya serta merabai bibir
kemaluan Dedeh yang sedang di hujami batang ****** Adi. Sementara Dedeh telah pula
menjilati selangkangan Iis terutama bibir nya yang ditutupi rimbunan bulu jembut.
Kembali ketiganya bertarung mancari kenikmatan. Adi berpikir berarti sehabis Dedeh, dia
harus melayani Iis yang sudah mulai birahi lagi. Gila, pikirnya. Tapi ia yakin sanggup
mengatasinya. Memang semangat mudanya membuatnya semakin penuh keyakinan untuk melakukannya.
Maka goyangannya semakin cepat saja.
Dan Dedeh juga merasakan semakin nikmat, apalagi kelentitnya yang dirabai Iis membuatnya
semakin naik birahi. Hingga akhirnya sesuatu mendesir didalam kemaluannya.
“Ah……uhh….ahhh!” pekiknya kesetanan merasakan orgasme yang kesekian kali di pagi ini. Adi
tahu Dedeh sudah klimaks tapi dirinya belum merasakan.
“Gantian De, ku sudah gatel lagi” pinta Iis. Dedeh faham dan Adi mencabut batang
nya.
“Ayo Den, tuntaskan ” pinta Iis masih terbaring dengan kedua kaki mengangkang. Adi segera
mengatur posisi diatasnya dan langsung menghujamkan batang nya ke lubang Iis
yang telah menganga.
“Ahh ..!” desisinya sambil mendekap tubuh Adi erat.
Kembali keduanya berpacu penggapai nikmat masing-masing. Adi dengan hentakan-hentakan keras
mengerakkan pinggulnya maju mundur menghujamankan batang nya kedalam liang Iis.
“Ayo den, tancap terus.” Desah Iis menikmati hujaman Adi yang secara perlahan merasakan
bahwa batang nya semakin keras dan sensitif.
Demikin juga dengan Iis, lubang nya semakin licin dan nikmat. Nampaknya keduanya akan
segera mencapai puncak. Mereka berpacu semakin binal dan liar. Keduanya ingin menuntaskan
permainan dengan kenikmatan yang setinggi-tingginya.
Hingga akhirnya Iis mendekap keras tubuh Adi sambil melenguh kenikmatan dan bersamaan
dengan itu Adi juga mengerang.
“….!…..!….!”
“Ahhhh….ahhh! ” desis Adi
“Duh bapa, enak sekali” desis Iis hampir bersamaan.
Tubuh keduanya meregang tapi berdekapan erat. Keringat bercucuran dan bersatu. Tuntas sudah
pertempuran segi tiga di pagi itu.

Jumat, 03 Desember 2010

Adu Kepiting


Aku Anis, kembali akan menyumbangkan suatu kisah tentang sepasang suami istri yang baru saja menikah lalu tinggal di suatu daerah pegunungan yang jauh dari keramaian dengan harapan agar mereka bisa terhindar dari pergaulan, bahaya lalu lintas dan kesalahpahaman dengan orang lain. Di samping itu, ia juga menghindarkan istrinya dari gangguan laki-laki lain yang menyukainya karena istrinya sangat cantik sehingga jadi rebutan di kampung asalnya.


Mereka berdua hidup dalam kesunyian, namun ia tidak kesulitan makanan karena selain ia berkebun dan bertani, juga ia rajin ke sungai untuk menangkap ikan sebagai lauknya. Beberapa bulan kemudian, sang istri mulai mengidam, sehingga membutuhkan makanan tertentu sesuai selera dan keinginannya sebagaimana layaknya perempuan lainnya yang mengidam.

Suatu hari, sang istri tampak tidak enak perasaannya dan selalu emosi akibat pengaruh dari janin yang dikandungnya.

"Mas, boleh ngga minta tolong sama kamu?" tanya sang istri lembut.
"Soal apa dinda?" sang suami balik bertanya dengan lembut pula.
"Aku ingin sekali makan kepiting, Mas. Boleh ngga Mas mencarikan aku?"
"Wah, wah, wah, bagaimana mungkin kita bisa mendapatkan kepiting di puncak gunung seperti ini?" kata sang suami.
"Tolong cari donk. Berusahalah. Pasti Mas bisa menemukannya. Kalau aku nggak masalah, tapi yang ini nih," desak sang istri sambil menunjuk janin yang ada dalam perutnya.

Setelah lama didesak, akhirnya sang suami pergi juga meninggalkan rumah untuk mencari kepiting. Dia berjalan mengelilingi hutan dan naik turun dari gunung yang satu ke gunung yang lainnya, bahkan menelusuri beberapa sungai-sungai kecil yang ada di tengah hutan. Ketika ia menemukan sebuah sungai yang agak deras airnya, ia lalu turun dan mencoba mencari lubang-lubang yang ada di pinggirnya.

Setelah ia menemukan suatu lubang yang agak besar dan dalam, ia lalu memasukkan tangannya ke dalam lubang itu. Bahkan mencoba mengeluarkan air dan lumpurnya hingga lubang itu bertambah besar dan dalam, sampai-sampai seluruh badannya bisa masuk. Suluruh tubuhnya basah kuyup dengan lumpur bercampur keringat karena ia merasa penasaran dan yakin sekali kalau dalam lubang itu ada kepitingnya.

Dalam keadaan bermandikan keringat bercampur lumpur, ia mengkonsentrasikan diri hanya pada isi lubang itu, ia lalu membuka seluruh pakaiannya yang basah lagi kotor itu. Tiba-tiba ia mendengar suara kaki berjalan di air. Semakin lama kedengarannya semakin dekat, bahkan terdengar ada suara manusia yang sedang bicara, sehingga ia merasa sangat ketakutan karena selama ia tinggal di daerah itu belum pernah bertemu dengan orang lain kecuali hanya istrinya. "Jangan-jangan orang itu adalah penjahat atau orang hutan", demikian pikirnya. Ia lalu masuk sekalian ke dalam lubang itu unutk bersembunyi dengan tanpa busana sehelaipun. Dalam keadaan menungging dengan pantat mengarah ke pintu lubang tersebut, ia melihat melalui selangkangannya, ternyata ada 4 betis berdiri hanya kurang lebih berjarak 30 cm dari pantatnya.

Ia gemetar sangat ketakutan sehingga dengan tanpa sengaja kencingnya menetes keluar melalui kontolnya yang tergantung lemas.

"Wah, ini ada buah-buahan langka dan kelihatan indah sekali" sang suami itu mendengar suara dari salah seorang yang kakinya kelihatan itu. Bahkan orang itu sempat meraba dan menarik-narik kontol sang suami yang disangkanya buah-buahan, sehingga sang suami itu semakin ketakutan hingga menyebabkan air kencingnya tambah banyak keluar. Ia tak mau bergerak karena takut diketahui kalau ia adalah manusia.

"Buah apa itu teman?" tanya salah seorang dari mereka yang berdiri itu sambil ikut memegang dan menarik-narik buah tergantung itu.

Tiba-tiba pantat sang suami mengeluarkan suara kentut sehingga kedua orang hutan yang berdiri itu mencium bau busuk. Lalu temannya menjawab..

"Mungkin inilah yang dinamakan buah busuk-busuk" lalu kedua orang itu sepakat meninggalkan tempat itu dan bermaksud memetik buah busuk-busuk itu setelah ia kembali dari menebang kayu di hutan.

Setelah kedua orang hutan itu pergi, maka sang suami yang masuk ke lubang tadi segera keluar dan pulang terburu-buru ke rumahnya sambil menjinjing pakaiannya. Sesampainya di rumah, sang istri heran karena suaminya berlari terengah-engah tanpa mengenakan pakaian.

"Kok begitu Mas. Ada apa? Kenapa lari seperti orang ketakutan? Mana kepitingnya?" Pertanyaan sang istri bertubi-tubi pada sang suami, namun ia tetap belum mampu menjawab karena sangat lelah dan ketakutan.
"Mm.. maaf dinda, aku tidak berhasil menangkap kepitingnya" jawab sang suami dengan nafas terengah-engah.
"Kenapa Mas? Ada masalah apa di sungai?" desak sang istri.
"Anu.. Anu dinda. Sulit ditangkap karena lubangnya terlalu dalam. Besok saja yah," rayu sang suami pada istrinya.
"Masa hanya kepiting tak bisa ditangkap. Kalau gitu kita gantian saja. Mas jaga rumah dan saya yang akan menangkap kepitingnya" ujar sang istri tidak sabar

Menjelang sore hari, sang istri berangkat ke sungai setelah mendapat petunjuk dari sang suami mengenai tempatnya. Meskipun sang suami tidak mengizinkan istrinya pergi agar jangan sampai bertemu dengan kedua orang hutan tadi, tapi karena tak mau cekcok dan membuat marah istrinya, maka dengan terpaksa dan was-was akhirnya ia mengizinkannya.

Sesampainya di sungai tersebut, sang istri turun dan akhirnya menemukan lubang yang baru saja dimasuki suaminya. Ia juga merasa penasaran dan yakin kalau dalam lubang itu ada kepitingnya, sehingga buru-buru ia melepaskan seluruh pakaiannya agar tidak kotor lalu masuk ke lubang itu dengan posisi seperti posisi suaminya tadi sewaktu dalam lubang. Belum sempat ia memasukkan tangannya ke luang-lubang kecil yang ada dalam lubang besar itu, tiba-tiba ia mendengar suara orang sedang bicara, bahkan kedengarannya berjalan menuju ke arahnya.

"Wah, celaka teman. Kita didahului orang lain. Buah busuk-busuk itu sudah tidak ada di tempatnya. Rasanya baru saja dipetik orang lain dengan menggunakan pisau tajam. Ini buktinya" kata salah seorang dari mereka yang berdiri persis di dekat pantat sang istri itu sambil meraba, mengelus dan menusuk-nusuk lubang kemaluan sang istri karena dianggapnya sebagai bekas petikan/potongan buah tadi.

Kedua orang hutan itu tidak ragu lagi kalau baru 'buah' itu baru saja dipetiknya karena sewaktu ia meraba tempatnya, ia merasakan sedikit basah, berlubang dan halus seperti bekas potongan pisau tajam.

"Untung saja vaginaku halus, mulus, putih tanpa ditumbuhi bulu sehelaipun, sehingga mereka tidak curiga kalau itu adalah daging montok wanita yang sedang basah karena ketakutan sehingga mengeluarkan air kencing", demikian pikir sang istri.
"Ayo teman, kita cari dan kejar si pemetik buah impian kita itu. Ia pasti belum jauh dari tempat ini, karena bekas petikannya masih basah dan getahnya masih menetes" ajak salah seorang dari orang hutan itu.

Akhirnya mereka segera pergi dan sepakat mencari orang yang dicurigai telah memetik buah busuk-busuk impian mereka itu.

"OK, kita bagi sasaran. Kamu ke kiri dan aku ke kanan. Ia pasti masih berada di sekitar sini karena bau buah-buahan itu masih sangat terasa busuknya". Kata orang hutan yang satunya lagi seperti yang didengar oleh sang istri ketika keduanya baru saja meninggalkan lubang kepiting itu.

Pikir sang istri, bau busuk itu tentunya adalah bau kentut. Setelah itu, sang istri terburu-buru keluar lalu pergi meninggalkan lubang itu sambil berlari menjinjing pakaiannya. Sesampainya di rumah, keadannya persis sama dengan keadaan suaminya ketika mengalami hal serupa. Ia tak mampu berkata-kata dan sulit ia menjelaskan kejadian tadi. Mereka saling menyembunyikan apa yang dialaminya di sungai tadi, meskipun dalam hati mereka saling curiga tentang kemungkinan kejadian yang sama.

Keesokan harinya, sang suami bersama sang istri sepakat untuk berangkat bersama-sama ke sungai mencari kembali kepiting dengan keyakinan kalau kedua orang hutan kemarin itu tidak bakal lewat di situ lagi karena buah impiannya sudah dianggap tidak ada lagi. Keduanya langsung menuju ke lubang yang masih diyakini ada kepitingnya.

"Mas, coba sekali lagi. Kamu saja yang masuk biar saya yang jaga di luar kalau-kalau ada orang yang melihat kita. Sebaiknya buka saja pakaiannya Mas biar tidak kotor" kata sang istri ketika mereka sampai di dekat lubang itu.

Setelah sang suami masuk dengan posisi seperti semula dalam keadaan telanjang bulat, sang istri menyaksikan kontol suaminya sedang tergantung di selangkangannya sambil berpikir bahwa mungkin kontol suamiku inilah yang dikatakan oleh kedua orang hutan kemarin itu sebagai buah busuk-busuk, sehingga setelah ia melihat kemaluanku, ia lalu beranggapan kalau buah itu sudah dipetik.

"Bagaimana Mas? Sudah dapat kepitingnya?" tanya sang istri pada suaminya sambil membungkuk untuk melihat keadaan suaminya dalam lubang.
"Belum dinda, tapi sudah hampir kutemukan. Sabarlah sebentar dinda"
"Ini kepitingnya Mas. Saya sudah menangkapnya" canda sang istri sambil memegang dan menarik-narik benda yang tergantung di selangkangan sang suami sambil tertawa terbahak-bahak.

Nampaknya sang istri tak mau melepas 'kepiting' yang ditangkapnya itu, malah ia semakin memainkannya, mengelus dan mengocoknya hingga kepitingnya itu semakin keras, membengkak dan membuat pinggul sang suami bergerak-gerak.

"Sudahlah dinda. Jangan ganggu aku dulu. Kepitingku itu tak sulit ditangkap karena akan datang sendiri ke rumah, bahkan sebentar di rumah pasti kuserahkan untuk kamu makan sepuasnya" canda sang suami.

Karena sang suami sudah tak tahan lagi dipermainkan kontolnya sementara sang istri tak mau berhenti memainkannya, malah nampak menginginkannya saat itu, maka sang suami memutuskan keluar dulu.

"Kalau gitu kita gantian cari kepitingnya dinda. Aku kecapean" kata sang suami sambil keluar dari lubang itu dan digantikan oleh si istri setelah ia juga menelanjangi dirinya karena takut akan kotor pakaiannya.
"Kamu yang jaga di luar yah Mas. Bilang kalau ada orang lain yang melihat kita, tapi jangan macam-macam loh..," kata sang istri.

Setelah posisi sang istri sama dengan posisi sang suami tadi, tiba-tiba sang suami meraba-raba pantatnya lalu turun ke selangkangan dan terus ke kemaluan sang istri dan memainkannya seperti halnya ia dipermainkan tadi.

"Wah, ini 'kepiting' betinanya sudah kutangkap dinda. Indah sekali dan pasti nikmat dimakan. Boleh aku makan dinda?" tanya sang suami sambil mengelus dan menusuk-nusuk lubang kemaluan istrinya yang sedang menungging dalam lubang.

Sang istri tampak menikmatinya dengan menggerak-gerakkan pinggulnya dalam lubang. Sementara sang suami yang sejak tadi terangsang dari dalam lubang tak mau berhenti memainkan, bahkan sesekali mencium dan menjilatinya lalu mengatakan kalau ia sedang memakan kepitingnya mentah-mentah.

"Ayo Mas. Mana kepitingnya? Adu donk 'kepiting'nya dengan 'kepiting'ku" canda sang istri tapi tampak serius karena memang ia betul-betul sudah terangsang.

Sang suami segera mengarahkan mulut 'kepiting'nya ke mulut 'kepiting' sang istri lalu mengadunya. Perlahan tapi pasti, kedua buah langka itu saling bersentuhan di mulut lubang kepiting. Mula-mula amat sulit masuknya karena 'kepiting' sang istri agak masuk ke dalam, namun karena sang istri mengerti dan memang membutuhkannya, maka pantatnya pun terdorong sedikit keluar sehingga berada di luar lubang hingga sang suami sangat mudah memasukkan kepala 'kepiting'nya ke dalam mulut 'kepiting' sang istri. Suara yang ditimbulkan dari pertarungan antara kedua 'kepiting' langka itu, sangat indah dan jelas terdengar karena berada di mulut lubang, apalagi sedikit basah karena percampuran antara air khas 'kepiting' dengan air sungai serta air lumpur.

"Akhh.. Uuhh.. Ikkhh.. Ookkhh.. Eennakk. Nikkmat sekali kepitingnya Mas. Terus.. Teruss.. Ayo hantam teruss Mass" erang si istri tersentak-sentak sambil menggerak-gerakkan pinggulnya ke kiri dan ke kanan. Si suami juga mengerang hal yang serupa.

Mungkin karena sang istri telah merasa lelah menungging, ia meminta sang suami untuk berhenti bergerak sejenak, tapi sang suami tidak menghiraukannya. Akhirnya sang istri menarik pantatnya masuk lebih dalam sehingga 'kepiting' sang suami dengan sendirinya keluar dan lepas dari lubang 'kepiting' sang istri, bahkan perut sang suami dengan keras menghantam mulut lubang yang dimasuki sang istri tersebut. Namun tak lama setelah itu, sang istri kembali menjulurkan keluar pantatnya dalam keadaan terbalik yakni telentang dalam lubang, sehingga memudahkan sang suami memasukkan kembali 'kepiting'nya ke dalam mulut 'kepiting' sang istri. Pertarungan pun dimulai kembali yang diiringi dengan musik khas yang keluar dari pertarungan kedua 'kepiting' itu.

"Decak.. Decukk.. Decikk.. Plagg.. Plugghh.. Pologg" suara itulah yang mewarnai kesunyian di sungai itu yang dibarengi pula dengan suara nafas saling mengejar dari kedua mulut pasangan suami istri yang sedang mengidamkan kepiting itu.
"Maass.. Mass, 'kepiting'ku mau pipis" kata sang istri ketika sang suami dengan gencarnya menghentakkan 'kepiting'nya keluar masuk ke mulut 'kepiting' sang istri tanpa menghiraukan kata-kata sang istri.
"Biar saja pipis, karena 'kepiting'ku juga mau pipis, biar bersamaan saja" kata sang suami sambil tetap mempercepat kocokannya dan meraba-raba serta meremas-remas kedua benda kenyal yang ada di dada sang istri, meskipun tanpa melihatnya karena letaknya agak ke dalam.
"Nnikkmatnnya kepitingnya yach" secara serentak kedua pasangan itu tiba-tiba mengucapkan kalimat yang sama saat 'kepiting' keduanya bersamaan mengeluarkan cairan hangat yang dianggapnya sebagai air pipis 'kepiting'.

Akhirnya keduanya tergeletak di tempatnya masing-masng. Sang suami tergeletak di luar lubang sementara sang istri di dalam lubang. Setelah terdiam sejenak, sang istri lalu keluar dan mencium pipi dan bibir sang suami yang masih tergeletak di pinggir sungai.

"Mas, ayo bangun. Kita pulang aja yuk. Kita sudah tangkap dan nikmati kepitingnya. Aku sudah puas sekali dan tak bergairah lagi mencari kepiting beneran" kata sang istri sambil membangunkan suaminya dengan suara sedikit berbisik di telinganya.
"Wah kita terlalu jauh mencari kepiting dinda, padahal ada kepiting yang kita bawa masing-masing. Lebih nikmat lagi memakannya, bahkan tak pernah habis. Ayo dinda, nanti di rumah kita makan lagi kepiting ini.. Ha.. Hha.. Hha" kata sang suami sambil merapikan kembali pakaiannya bersama sang istri lalu keduanya tertawa terbahak sambil berpelukan dan berciuman, lalu kembali ke rumah.

Setibanya di rumah, mereka kembali mengadu 'kepiting'nya beberapa kali dengan posisi yang lebih membuatnya leluasa bergerak. Sejak saat itu, sang istri tak pernah lagi meminta suaminya untuk mencari kepiting di sungai dan sejak itu pula keinginannya terhadap kepiting sungguhan hilang.