Sabtu, 30 Oktober 2010

Wajah Perempuan Indonesia

Aku melihat perempuan Indonesia
Berdiri meminta-minta di jalan-jalan dekat lampu merah
Di atasnya terik matahari sebagai payung
Di dalam gendongannya seorang bocah ingusan tak berdosa
Di sekelilingnya orang-orang memandang acuh, tak suka, curiga, namun ada pula yang iba
Aku melihat perempuan Indonesia
Bekerja di pasar-pasar yang sumpek dan becek
Di sekelilingnya sayur mayur, daging, tahu, tempe, sampai bumbu-bumbu masakan
Di dahinya peluh tercipta, namun ia tetap tekun bekerja
Aku melihat perempuan Indonesia
Yang kuat, enerjik, dan penuh semangat
Berjuang dari lapangan ke lapangan, pertandingan ke pertandingan, negara ke negara
Di pipinya terurai air mata mendengar “Indonesia Raya”
Di dadanya rasa bangga tertanam, bangga akan bangsa
Aku melihat perempuan Indonesia
Wajahnya cerah sepanjang perjalanan menuju sekolah
Di wajahnya terlukis senyuman
Di tangannya tergenggam tas penuh berisi buku-buku pelajaran
Di pundaknya tersimpan tanggung jawab mencerdaskan anak bangsa
Meski hatinya berteriak akan gaji yang tak jua diterimanya selama beberapa bulan
Aku melihat perempuan Indonesia
Yang teguh dalam idealismenya
Menuangkan ide dan pikiran-pikirannya
Membagikan manis dan pahit kisah hidupnya
Mengisi ruang-ruang kosong lewat kata
Menghadirkan inspirasi lewat tulisan-tulisannya
Aku melihat perempuan Indonesia
Yang tegas dan berani mengambil keputusan
Tutur katanya berarti harga diri bangsa
Kebijakannya berarti nasib rakyat
Tanggung jawabnya ialah kesejahteraan masyarakat
Aku melihat perempuan Indonesia
Yang cantik, yang seksi, yang gemerlap
Penuh dinamika kisah hidup yang selalu jadi bahan berita
Ia banyak muncul di televisi, di sana-sini
Namun seakan ia kekurangan ruang pribadi dalam hidupnya tuk sekedar bernapas dan merenung
Aku melihat perempuan Indonesia
Di sini, di sana
Menjelma dalam berbagai sosok berbeda
Membawa impian dan cita-cita
Bergerak dengan bebas tanpa tembok-tembok penghalang yang dikisahkan Kartini pada masanya
Aku melihat diriku
Aku melihat perempuan Indonesia


Yogyakarta, 21 April 2009

Tidak ada komentar:

Posting Komentar